Istri (Tidak) Setia

Istri (Tidak) Setia - Ada sepasang suami istri belia, sebut aja Romeo (25) dan Juliet (20). Tahun demi tahun mereka berdua menjalani hidup dengan bahagia, rukun, makmur, hening sentosa ….. hingga tak terasa sampailah mereka ke ulang tahun kelima ijab kabul mereka (konon kata orang, 5 tahun pertama merupakan masa-masa yang penuh “badai” dalam mengayuh perahu rumah tangga).

 Tahun demi tahun mereka berdua menjalani hidup dengan senang Istri (Tidak) Setia


Malam itu mereka habiskan dengan Candle Light Dinner yang romantis di sebuah restoran. Pendek cerita, sepulang dari restoran program bermesraan diteruskan hingga masuk kembali kerumah, masuk kembali kekamar, naik kembali ke ranjang dan seterusnya.



Usailah satu sessi penuh kemesraan, penuh gelora dalam keadaan setengah sadar (makan malam tadi cukup kenyang, dan sessi terakhir tadi cukup menguras tenaga) Romeo melihat istrinya dengan hati-hati mengeluarkan sebuah KANDAGA dari lemari, menciumnya, dan mengembalikan lagi kebelakang tumpukan pakaiannya. (Kandaga ialah sebuah kotak kecil dari kayu jati atau sonokeling, biasanya berukir indah, kawasan para isteri darah biru Jawa tempo doeloe menyimpan koleksi permata, embel-embel emas atau barang-barang berharga lainnya).



Penasaran, Romeo menanyakan kepada isterinya apa gerangan isi kandaga itu, namun Juliet cuma menjawab: “Maaf, Pa, Mama ‘nggak bisa memberitahukannya. Kalau memang Papa bener-bener sayang sama Mama, sudahlah, jangan tanya itu lagi.”



Mas Romeo terdiam, dan hanya bisa berdasarkan saja. Namun rasa ingin tau belum bisa dia usir dari benaknya. Di saat-saat sendiri, selalu saja rasa ingin tau itu mengganggunya, tapi “demi cinta”, tak pernah dia hingga hati menanyakan hal itu kembali pada isterinya.



Waktu pun berlalu, hari berganti bulan, bulan berganti tahun, angin berhembus, cuaca berubah, namun daun-daun tetap tumbuh menghijau, begitu pula kehidupan rumah tangga ini.



Mereka cukup senang lahir bathin dengan 2 orang anak (laki dan perempuan), karir Romeo-pun selalu menanjak sehingga kehidupan keluarga selalu berkecukupan adanya. Tak terasa waktu terus bergulir, dan tibalah 10 tahun usia perkawinan mereka. Setelah melaksanakan ritual yang sama, Romeo kembali membisikkan keinginannya sama sang istri, betapa ia ingin tahu apa isi kandaga itu tapi tetap saja istrinya menolak dengan halus.



Karena memang Romeo tidak ingin menyinggung perasaan istrinya, maka ia juga tak memaksa. Begitulah kembali hari berganti bulan, bulan berganti tahun, tahun berganti windu, sampailah saatnya mereka merayakan ulang tahun perkawinan Perak mereka. Putri mereka yang pertama sudah menikah, malah mereka sedang berkemas-kemas menantikan kedatangan cucu mereka pertama. Namun sebab mereka dulunya termasuk pasangan yang cepat kawin, maka kondisi phisik mereka masih kelihatan prima. Maklum saja lah, Romeo gres 50 tahun dan Juliet gres saja berulang tahun ke 45. Apalagi pasangan ini termasuk mereka yang rajin merawat kebugaran, Romeo tiap weekend masih rajin main golf bersama relasi, kalaupun Juliet tidak ikut menemani, paling-paling dia sibuk Fitness atau beraerobic bersama teman-teman arisan atau kelompok-bermainnya sendiri.



25 tahun bukannya masa yang pendek, maka malam itu mereka setuju untuk mengadakan syukuran sekedarnya, dengan mengundang besan serta keluarga dan kerabat erat lainnya. Acara berlangsung meriah di rumah mereka yang asri dan diakhiri dengan menikmati barbeque di kebun belakang. Lewat tengah malam ketika tamu terakhir meninggalkan rumah pasangan ini. Kembali ke kamar, “ritual” rutin pun berulang kembali.



Lagi-lagi Romeo menyatakan keinginannya untuk mengetahui apa isi kandaga itu. Kali ini, sehabis 25 tahun, risikonya sang Istripun luluh juga. Maka lantas terjadilah obrolan berikut: 


“Papa memang benar-benar ingin mengetahuinya?”
“Iya lah, Ma. Sekian tahun Papa penasaran.”
“OK, tapi Papa harus berjanji, Papa tidak akan marah. Papa kesepakatan akan tetap jadi Papa yang selama ini Mama kenal, apapun isi kandaga itu.”

Romeo merasa jantungnya mulai deg-degan, tapi demi hasrat yang 20 tahun terpendam, jadilah risikonya ia mencoba untuk tetap tenang. Maka hanya dengan sekedar ditutup selimut Juliet bangun dari ranjang dan berjalan ke arah lemari, mengeluarkan kandaga itu dan membawanya ketempat tidur dimana Romeo menunggu.

Pelan-pelan dia buka kandaga itu dan dia unjukkan kedepan suaminya. Alangkah terkejut Romeo. Isi kandaga itu ternyata cuma 3 biji jagung dan uang receh 6,500 perak!

Romeo tak habis pikir, mengapa 25 tahun istrinya menjaga diam-diam ini rapat-rapat, hanya sekedar “menyembunyikan” 3 biji jagung dan uang yang tak seberapa. Melihat suaminya diam membisu, maka Julietpun angkat bicara: “Pa, Mama sadar bahwa Mama bukanlah seorang perempuan yang sempurna. Mama juga bukanlah seorang istri cita-cita menyerupai yang selama ini Papa bayangkan!”

Romeo masih diam terpaku dan menyimak saja. “Mungkin Papa heran, apa arti 3 butir jagung ini. Sebenarnya Mama berat untuk menyampaikan ini, tapi Mama juga sadar, hingga kapan Mama harus hidup dalam dusta terhadap suami yang mengasihi Mama dengan begitu tulus.” (mata Juliet mulai merebak, dan risikonya air matanyapun runtuh).

“Tapi sebab Papa sudah berjanji untuk tidak marah, dan tetap akan menjadi Papa yang dulu, maka Mama memberanikan diri untuk bicara.” suaranya jadi berat, tersendat.
“Mama bukanlah istri yang setia!”

Akhirnya kalimat itu meluncur dengan nada getir dan datar. “Selama rentang 25 tahun usia ijab kabul kita, Mama beberapa kali menduakan dengan lelaki lain. Mama mulai melaksanakan ini di tahun-tahun pertama perkawinan kita, ketika kita terlibat pertengkaran di rumah. Di ketika panik, stress, ada lelaki lain yang menawarkan keteduhan sesaat, dan Mama pun jatuh. Tapi tiap kali Mama melaksanakan itu, Mama benar-benar menyesal, dan sebagai prasasti peringatan maka setiap kali Mama mengambil sebiji jagung dan memasukkannya ke dalam kandaga ini”.

Romeo terhenyak dan menarik napas panjang. Terasa berat sekali timbang-menimbang dalam hatinya: 3 kali menduakan dalam rentang waktu 25 tahun memang bukan membuktikan istri yang setia, tapi juga tak bisa begitu saja dijadikan alasan untuk memulangkan Juliet ke rumah orangtua-nya, sebab mereka berdua kini sudah sama-sama yatim piatu.

Dalam hati Romeo berpikir : 
“Ya, sudahlah… selama inipun saya bukannya suami yang 100% steril, ada saja saat-saat yang sulit dihindarkan bila lagi larut bersama relasi.”
” Trus.. uang yang Rp. 6,500.00 itu apaan, Ma?”
“Itulah, Pa… setiap kali Mama melaksanakan selingkuh, mama tak lupa memasukkan sebiji jagung ke dalam kandaga ini. Sampai saatnya butir jagungnya sudah begitu banyak sehingga kandaga ini nyaris penuh maka mami jual jagung itu ke warung sebelah. Mama jual murah sekali, Pa, cuma lima ratus perak per kilo dan itulah uang hasil penjualan itu semua. Sepeserpun tak pernah Mama pakai untuk belanja!”

Romeo terkulai lemas, dan beberapa ketika kemudian Juliet berteriak membangunkan anaknya untuk menelpon ambulans. Malam menjelang pagi itu Romeo terpaksa dilarikan ke UGD, karena darah tinggi dan terkena stroke, rupanya depressi yang kelewat berat tak tertahankan oleh jantung yang sudah bekerja terlalu berat, betapapun selama ini selalu dia lulus dengan mulus setiap general check up 2 tahun sekali.

Catatan Kaki:
  • 1 kg jagung @ Rp. 500.00, dus Rp. 6,500.00 = 13 Kg.
  • 1 kg jagung = +/- 1450 butir
  • 13 kg x 1450 = 18.850 butir jagung = 18.850 kali menduakan (dalam 25 tahun)
  • 25 tahun = 25 x 365 hari = 9125 hari, dus AVERAGE SELINGKUH = 18.850 : 9125 = 2x selingkuh/hari
Anda menyukai artikel ini?

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Istri (Tidak) Setia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel