Lukisan Ajal (The Death Paint)

Lukisan Kematian (The Death Paint) - Kalian suka membaca novel? Atau mungkin cerpen? yaa..pokoknya suka baca-baca laah.. :O. Kali ini saya akan membagikan goresan pena Hasil Karya Teman ku , sobat sewaktu menuntut ilmu di SMAN 1 Mataram, tidak mengecewakan sambilan promosiin tulisannya juga nambah isi blog ini kan.  Tulisannya dijamin menarik deh, yang berminat sanggup pribadi dibaca aja...

STOP!!  Karya Ini Memiliki Hak Cipta.
Jika Ingin Copy-Paste Tolong Cantumkan Judul dan Nama Pengarangnya.
^^b


Judul : Lukisan Kematian (The Death Paint)
Karya/Pengarang : Muhammad Imam Saputra


“Kaaaakeeeeekkk…..”,

Yah,, ia yakni bunyi adik wanita ku. Namanya Lusi, dia gres menginjak 10 tahun.

Di sebelah Lusi ada kakak ku, namanya Tommy. Dia kuliah di salah satu perguruan tinggi tinggi negeri.,


sedangkan saya yakni Nino, cukup umur muda yang suka kisah misteri. Di sekolah ku saya di panggil

Davinci, alasannya yakni saya suka sekali dengan lukisan. Entah mengapa, setiap melihat lukisan, aku

ibarat di dalamnya, sehingga saya tahu nilai-nilai yang di tanamkan oleh pelukis.

“kakek..kakek.. kita liburan disini, kata papah, lusi, kak nino sama kak tommy juga

liburannya disini,” Lusi seakan kegirangan dengan liburan kali ini. Jelaslah, kakek Rudy termasuk

orang paling kaya di kompleknya. Semua permainan hiburan ada di taman bermain, seakan-

akan ancol pindah kawasan ke halaman yang luas ini. “ iyaa lus, kakek senang deh kalian bisa

liburan disini, kebetulan kakek gres taken kontrak sama pihak McRonald.”, “ haaa?” Lusi

bingung. “itu loh, masakan cepat saji yang sering kita beli dulu, berger,,berger” ujar kak tommy

sambil memainkan hapenya. “woaaah, senangnya ada McRonald di rumah kakek”, kakek hanya

tersenyum.

Ini yakni liburan yang paling membosankan, rupanya hanya lusi yang bahagia, kak

tommy sedang asyik ngerayu pembantu kakek. Kebetulan kakek memperkerjakan pembantu

baru, umurnya yang masih muda sekitar 22 tahun, beda 3 tahun dari kakak ku dan ini adalah

salah satu moment yang disuka oleh kak tommy. “merayu cewek”. Gak terasa hari sudah

semakin gelap, “hoaaamh, jam 9 malam yah, tapi sudah sepi kayak gini.” Kataku dalam hati.

“Nino…ninoo…”, tampaknya itu bunyi yang gak ingin saya dengar, kak tommy. Pasti akan datang,

minta pinjaman untuk buka internet, abis itu di suruh pergi. Tepat sekali, “ No, bantuin kakak

dong, bagaimana cara buka internet disini, hehe” ,seperti dugaanku. “ Aku gak tahu, mau tidur,

ngantuk” . “ iihh, pelit kamu, lihat saja entar.” Kak tommy kemudian pergi meninggalkan kamarku






sambil memasang muka suram.

Kamarku bersebelahan dengan kamar kak tommy, sedangkan kamar Lusi berada di

bawah bersama kakek ku. Seperti biasa, saya tidur sendirian setiap hari, tapi tidak kali ini, “

kak nino, lusi tidur di kamar kakak yah, kakek lagi pergi tuh, gak tahu deh kapan pulangnya.”

Aaarrgghh, mengganggu liburanku yang super membosankan, gak sanggup deh telponan sama

pacarku Lita. “hemmh, iyah..iyah, tapi janji, lusi gak bakal ganggu kak noni sms-an, lusi harus

tidur jam 10 dan jangan pernah keluyuran tengah malam. Kalau ingin sesuatu bangunin kakak,

rumah ini besar, nanti kau tersesat.”. “Siaaaaapppp bos” katanya dengan semangat.

Jam setengah sepuluh, terasa usang bagiku untuk melihat angka 10 di jam itu. Lusi masih

asyik menonton TV d kamar ku. Acara kartun sponctob the movie, program yang paling di tunggu-

tunggu anak seusianya. Yah, lebih baik begitu daripada dia mengganggu ku sms-an. “Lusi, kakak

mau ke dapur dulu, kakak mau minum, kau mau kakak ambilin air minum?”, “gak usah kak,

lusi gak haus, bawain aja donat yang tadi di beli di jalan.” Kata lusi seenaknya. Lalu ku berjalan

keluar kamar, dan melewati kamar kak tommy. Anehnya, dikala kulihat kamarnya, dia gak ada.

Ah, mungkin lagi ngerayu pembantu itu. Aku pun terus menuruni tangga dan ke dapur untuk

minum.

Di dapur hanya ada mbok ijah, lagi basuh piring. “Mbok, liat kak tommy? Terus kakek

kemana mbok?” sambil minum. “ nah, kalau mas tommy, mbok gak tahu. Kalau tuan kayaknya

tadi pergi, katanya ada yang mau di ambil di kantornya”. Tumben malam-malam kakek ke

kantor, biasanya kakek paling malas kalau pergi ke kantor. Kantor kakek memang terletak gak

jauh dari rumahnya. Kantor itu yah perusahaanya beliau. Beliau sudah membuka 14 cabang di

seluruh Indonesia. Ekspor-impor barang.

Setelah minum saya pun pergi ke garasi, untuk ambil donat yang kami beli tadi. Saat

melewati ruang tengah, saya melihat kakek sama kak tommy sedang berbicara. “ loh..loh,

katanya kakek pergi” saya menyela dikala mereka mengobrol. “waah, ini dia cucu kakek yang

suka lukisan”, “ ada apa ini kek? Kok kayaknya belakang layar banget.” Ujarku penasaran. “ gini loh

no, kakek barusan dikirimi lukisan di kantornya, lukisan itu termasuk lukisan ketiga termahal





di dunia. Pelukisnya berjulukan Louis Carl Maxime, pelukis berdarah perancis ini tewas sehari

sehabis ia menyelesaikan lukisannya” kata kak tommy dengan serius.

“Terus kenapa kakek dan kak tommy pasang muka sedih begitu?”, tampaknya ada

hal aneh. Kakek dan kak tommy membisu sejenak, kemudian “ ini pesan yang gres saja di kirim oleh

seseorang



“Jika kalian ingin hidup, serahkan lukisan itu. Lukisan itu yakni pesan keramat. Tidak
sembarangan orang yang boleh memiliknya. Kalau kalian tidak memberikannya pada
kami, kalian akan di kutuk selamanya.”
Pesan Kematian



Apaan ini, pesan yang dikirim oleh seseorang psikopat yang mencoba meneror kami.

Mentang-mentang lukisan ini mahal, kita di bodoh-bodohin dengan surat anak kecil kayak gini,

siapa yang percaya. “ no, kau percaya dengan surat ini?” kata kakak ku. “Jelas enggaklah,

ini surat cuma tipuan anak kecil belaka”, kak tommy kemudian membuka kotak kecil dari kado yang

telah di sobeknya tadi, “ ini no, bukalah”. Aku membuka dengan penasaran, keringat sudah

membasahi dahiku. Sialan, ini bukan candaan, saya pribadi membuang kotak itu. Ternyata

isinya yakni potongan indera pendengaran sebelah kanan yang penuh darah, saya gak tahu indera pendengaran siapa.

Aku rasa orang psikopat ini benar-benar serius.

“ no, tampaknya kita sudah di buntuti oleh segerombolan orang, dan juga lukisan itu,

apakah benar kutukan kematian?”. Sial, saya gak sanggup ngomong apa-apa. Kakek dan kak tommy

nampak cemas. Rumah yang sebesar mall Mangga 2 ini hanya berpenghuni 10 orang saja

malam ini. Kakek, aku, kak tommy, lusi, mbok ijah, mbok inem, pembantu yang di rayu kakak





ku, 2 orang satpam dan 1 orang tukang kebun.

Apa yang harus kita lakukan, itulah pertanyaan yang selalu kupikirkan dikala ini. “ kek,

dimana lukisan itu?”, kakek kemudian mengantar saya ke kamarnya bersama kak tommy. Lukisan itu

tergeletak di atas karpet tebal berwarna merah khas kamar kakek. Aku kemudian mencoba melihat

secara detail lukisan itu. Setiap ukiran kuasnya, paduan warnanya, serta gaya melukisnya.

Yah, ini yakni gambar sebuah bangunan mewah, bergaya modern. Sial, modern? Lukisan ini di

lukis oleh seorang yang lahirnya satu setengah era dari umur kakek ku. Kenapa sanggup melukis

bangunan modern? Dan lebih anehnya lagi, bangunan modern ini yakni bangunan rumah

kakek. “ kek, ini bukannya…” belum sempat saya melanjutkan berbicara kakek memotongnya, “

iya no, ini gambar lukisan rumah kakek, makanya kakek merasa gundah. Apa yang sebenarnya

terjadi”.

Mampus, liburanku yang awut-awutan kini menjadi liburan yang sangat horor. Nyawa

orang-orang di rumah ini sedang terancam. Ku perhatikan lagi lukisan itu, dan yang

mengejutkan yakni ada gambar seseorang yang tergeletak di gerbang dengan cucuran darah

di tanah. Lebih sial lagi, gambar itu seperti.. “ kek, coba kontak dengan satpam di luar.” Kakek

ku pribadi mengambil walkie talkie-nya dan mencoba menghubungi satpam. 2 orang satpam

itu berjulukan pak Johan dan pak Musni. Ternyata yang tersambung dengan pak johan.

Kakek kemudian berbicara dengan pak johan,

“ pak johan? “

“ iya tuan, ada apa tuan? “

“ pak musni dimana? “

“ tampaknya sedang berjaga di pos tuan.”

“ pak johan dimana sekarang? “

“ saya lagi di kamar tuan, lagi kurang sehat. “





Saat kakek sedang berbicara, saya pribadi pergi ke dapur untuk memastikan keadaan

pak johan, alasannya yakni lewat dapur pun saya sanggup melihat kamarnya pak johan. Ternyata benar, pak

johan sedang berbaring di kasurnya sambil memegang walkie talkie-nya. Namun, ada yang

janggal, yah..benar, tampaknya pak johan menggunakan seragam lengkap dikala ia berbaring. Aneh.

Kemudian saya kembali ke kamar kakek dengan perasaan janggal berbaur dengan rasa cemasku

yang semakin menjadi-jadi.

Aku masuk ke kamar kakek, kakek dikala itu masih berbicara pada pak johan dan

menyampaikan untuk meminta tolong melihat pak musni di pos jaga. Aku duduk di kasur kakek

sambil melihat lukisan itu. Kak tommy tampaknya juga penasaran, dari tadi ia bengong.

Kak tommy meminta kakek untuk menelpon polisi, namun kakek menolak dengan alasan

keselamatan nyawa. Pasti si pemburu lukisan ini sudah mengepung rumah besar ini.

Sial bener, di rumah kakek gak ada alat untuk menjaga diri. Tunggu dulu, apa ini, aku

melihat sosok bayangan di lukisan ini, sehabis ada gambar seseorang tergeletak, kini ada orang

yang sedang berjongkok. Apa? Jangan-jangan itu.. saya pribadi berlari ke ruang tamu kakek,

dan membuka sedikit korden yang besar itu. Ku lihat ada 2 jenazah sekarang, pak johan dan pak

musni, tidak salah lagi, berarti potongan indera pendengaran yang tadi itu yakni dari tubuh pak musni.

Kak tommy kemudian menghampiriku, “ no, kau lagi apa?, “ coba lihat, itu jenazah pak musni

dan pak johan, berarti potongan indera pendengaran itu yakni milik pak musni.” Kataku dengan nada sedikit

berbisik. Dua orang sudah tewas, kemudian siapa lagi? Kenapa satpam itu yang dibunuhnya? Jika

lukisan ini sebuah kutukan, seharusnya kamilah lebih dulu yang mati. Saat kembali ke kamar

kakek, anehnya kakek sudah gak ada, hilang. Kami berdua tercengang, resah dan gak tahu

berbuat apa, apakah kakek juga sudah dibunuhnya? Kami berdua kemudian mencari kakek, kak

tommy mencari di dapur dan di ruang lain, sedangkan saya masih di kamar kakek, mengamati

lagi lukisan itu, berharap sanggup menemukan kakek.

Rumah, taman, biasa saja. Pos jaga dengan 2 jenazah tergeletak, tergeletak? Saat itu

gambarnya masih ada yang posisi jongkok. Aneh. Garasi, kamar lusi. Lusi ! lusi ada di dalam

lukisan, siaaal. Aku kemudian berlari ke kamar ku, biar masih sanggup menyelamatkan lusi. Kubuka





dan kulihat isi kamar. Lusi gak ada, gak ada. Aku mencari ke kamar mandi pun juga gak ada.

Kemana lusi? Kemana kakek? Hilang? Mati? Inilah yang dinamakan panic tingkat dewa, baru

pertama kalinya saya panic. Aku berlari keluar kamar, tujuan utama mencoba untuk bertemu

dengan kak tommy terlebih dahulu. Dapur, yah, saya harus ke dapur.

Deg..deg.. haah,,,erraaaagghh… mati..potong.. kak tommy mati. Kak tommy mati

dengan kaki terpotong entah kemana. Aku..aku, apa yang kurasakan. Mau nangis, ingin berlari.

Aku hanya sanggup melihat kak tommy yang badannya sudah terpotong menjadi 2 di sebelah lemari

pendingin. Aku benar-benar takut. 2 orang satpam tewas, termasuk kak tommy. Kakek dan lusi

hilang. Pembantu-pembantu tiba-tiba gak ada. Tukang kebun, yah tersisa tinggal tukang kebun.

Dimana dia. Dialah satu-satunya kawasan ku meminta tolong.

Aku mencari di segala sisi rumah, kamar kakek, kamar mandi, ruang keluarga, dapur,

sampai taman belakang. Gak ada sama sekali, kecuali, ruang seni. Yah ruang seni. Dulu aku

sering kesana untuk menikmati keindahan lukisan yang di beli kakek. Segera saja saya menuju

ruang seni. Kaget, takut, aaarrgggghhh,,,, kakek, lusi, semua pembantu dan tukang kebun,

terlukis terang di semua lukisan itu. Apa ini, ibarat sebuah candaan tapi nyata. Siaal, sisa aku,

hanya saya yang masih hidup. Sendiri. Kemana saya harus pergi, kemana. Benar, ke kamar kakek,

melihat lukisan itu. Lukisan yang asli.

Saat ku menuju kamar kakek, saya gak melihat kotak kecil yang ku lempar, potongan

indera pendengaran itu juga gak ada. Ku sempatkan ke dapur, dan ternyata benar. Mayat kak tommy sudah

menghilang. Apa itu, apa yang terjadi.aku semakin takut dengan semua ini. Tujuan utama

ke kamar kakek. Segera saya kesana dan,,,dan.. lukisan itu hilang. Hilang. Dimana lukisan itu,

dimana orang-orang itu. Sial. Apa yang harus kulakukan? Aku gak tahu.

Aku terduduk di karpet merah itu, saya menangis, saya takut, saya bingung. Sejenak aku

mencoba menjernihkan pikrianku. Mencoba untuk berfikir. Keanehan pertama terjadi saat

kakek yang tidak biasanya. Pergi ke kantor malam-malam hanya untuk sebuah lukisan langka.

Keanehan kedua di dikala seseorang misterius memperlihatkan pesan selesai hidup kepada kami dan

memperlihatkan potongan indera pendengaran yang di duga pemiliknya yakni pak musni. Setelah itu aku





melihat lukisan itu. Berarti pak musni telah terbunuh dikala saya melihat jenazah tergeletak di

lukisan itu. Kemudian ketaknormalan berikutnya, pak johan yang sakit dan berbaring menggunakan

seragam lengkap. Dan dikala ku lihat di lukisan terlihat sosok bayangan yang sedang dalam posisi

jongkok. Aku duga itu yakni pak johan. Lalu ku temukn pak johan tewas, berarti lukisan ini

yang menunjukan pesan kematian, tetapi bertolak belakang dengan kejadian pak musni yang

tewas terlebih dahulu.

Keanehan selanjutnya, semua lukisan di ruang seni hilang dan di ganti dengan

lukisan orang-orang di rumah ini. Keanehan terakhir, lukisan ini hilang. Siapa yang bisa

memindahkannya dengan cepat. Dan dimana lukisan itu? Hemm, tampaknya saya mulai

memahami ini semua, jikalau ini sebuah banyolan yang dibentuk kakek ku untukku. Berarti, seharusnya

jenazah 2 orang satpam itu harusnya hilang.

Aku pribadi berlari keluar rumah dan memastikan kedua jenazah itu. Hemm, aku

tersenyum singkat. Kedua jenazah itu hilang. Sudah ku duga. Berarti tidak salah lagi, ruangan

yang pas untuk memindahkan lukisan sebesar 3 x 4 meter itu dengan cepat yakni di garasi.

Yah di garasi. Aku mulai tidak takut lagi, tampaknya ini sebuah permainan yang dibentuk oleh

kakekku. Aku berjalan menuju garasi, gak terlalu jauh dari posisi kedua jenazah menuju garasi.

Ku buka pintu garasi, gelap. Aku gak tahu dimana kawasan nyalain lampunya. Agak usang aku

mencari stop kontaknya, hape ku berdering. Kulihat hapeku, ternyata sms dari kak tommy yang

isinya,


Nino, kau kemana? Kok kau kabur dari rumah kakek sih? Kita susah-susah nyariin
kamu loh.



Kabur? Sms apa ini? Siapa yang kabur? Lalu saya sms balik ke kak tommy dengan

menyampaikan bahwa saya lagi di garasi mobil, dan bertanya dimana kalian bersembunyi. Tapi

yang lebih mengejutkan ku, sms yang di bales kak tommy,





Kamu ngomong apa sih? Kakak sama pak musni lagi di garasi nih, mau masuk kendaraan beroda empat cari
kamu, jangan bercanda deh. Kamu dimana no?



Apa? Garasi? Maksudnya? Jangan-jangan ini bukan candaan yang dibentuk kakekku.

Apakah ini nyata? Sebenarnya saya dimana? Aku gak balas sms kakakku. Aku segera mencari

stop kontaknya. Sip, ketemu. Ku nyalakan lampunya dan, deg,deg,deg huaaaah,,, apa ini,,,apa?

Semua lukisan kakek ada disini, begitu juga dengan mayat-mayat satpam, kak tommy.

Aaaaaaaaaaaaaaaa….. kepala kakek ada di meja, lusi tergantung. Apa ini? Apa yang terjadi.

Aku kemudian terduduk dengan lemas, saya gak tahu. Apa ini, apaa? Lalu saya sms kakak

ku tommy, saya bilang kalau saya gak tahu ada dimana. Tiba-tiba di depan ku telah ada

lukisan itu. Lukisan selesai hidup itu. Dan tergambar saya sedang duduk di antara lukisan.

Seperti kenyataan, memang saya lagi duduk di antara lukisan sekarang. Namun, di lukisan itu

tergambar sesosok bayangan yang membawa pedang tajam siap memenggal kepalaku, dan

………………………………......………………………………………………………………………………………………………………

Keesokan harinya. Di sebuah program berita, di televisi.

Telah hilang, cucu seorang pengusaha kaya raya di kediamannya sendiri pada pukul
12.30 waktu setempat. Cucu bapak Rudy Hadi Setiawan itu berjulukan Noni Al-Furoni. Di duga hilang sehabis kabur dari rumah. Jika ada yang mellihatnya kami harap anda dapat
memberitahu keluarga korban atau hubungi kantor kepolisian.

Lukisan itu ternyata tidak ada, Louis Carl Maxime seorang pelukis psikopat itu adalah

seorang jenderal Russia yang telah usang tewas dikala perang saudara, hape kak tommy ternyata

telah hilang 5 hari yang lalu, yang lebih aneh, kami bertiga aku, kak tommy, dan lusi, tidak

pernah berlibur di rumah kakek dikala itu. Lukisan siapakah itu? Dimana lukisan itu? Mungkin saja

kini berada di rumah kalian.

END

STOP!! Karya Ini Memiliki hak Cipta.
Jika Ingin Copy-Paste Tolong Cantumkan Judul dan Nama Pengarangnya.
^^b

dan ini dy nih pengarangnya :

 Kali ini saya akan membagikan goresan pena Hasil Karya Teman ku  Lukisan Kematian (The Death Paint)
Muhammad Imam Saputra
Bagaimana?? Bagus kan ceritanya?? temanku ini memang sangat berbakat dalam menulis cerita, goresan pena yang dia buat juga udah tidak mengecewakan banyak sih, dan ini goresan pena pertama yang saya bagikan di dunia blogging :O. Siapa tau dari postingan ku ini goresan pena teman-temanku sanggup lebih dikenal orang lain. Sekian dulu postinganku kali ini, biar bermanfaat yaa.., Terimakasih ;)


Anda menyukai artikel ini??

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Lukisan Ajal (The Death Paint)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel